Mushroom Soup

image


Cahaya jingga di bagian Barat telah padam seutuhnya. Langit yang semula cerah berganti gelap gulita. Jalan raya semakin dipadatkan dengan orang-orang yang baru menyelesaikan aktivitasnya, Azzam salah satu orang yang berada di dalam padatnya pusat kota. Lelaki itu menoleh ke sana dan ke mari seolah sedang mencari sesuatu yang istimewa. Sampai akhirnya sorot mata Azzam terpaku pada sebuah toko yang bernuansa merah muda dengan banyak hiasan pita di tiap sudut temboknya.

“Beliin kue aja mungkin, ya?” Azzam bermonolog.

Kemudian lelaki itu memarkirkan mobilnya dan bergegas menghampiri etalase bening yang menampakkan jejeran kue-kue cantik nan menggiurkan lidah.

“Mbak, pilihan rasa kue terbaik di sini ada apa aja?”

“Ada Triple Chocolate Cake, Tiramisu, Opera Classic, Matcha, Strawberry Cheesecake, Greentea, Caramel, dan Red Velvet,” jawab si pegawai toko.

Azzam kembali melirik etalase sambil menimang-nimang. Akhirnya ia memilih Triple Chocolate untuk dihadiahi pada Jasmine. Azzam juga tak segan untuk meminta kue tersebut diberikan hiasan berupa kata-kata di atasnya. Usai membayar, Azzam segera untuk pulang, beruntung kondisi jalan raya lancar meski masih dipenuhi dengan banyak kendaraan roda empat dan roda dua.

Tanpa waktu lama, rumah sudah terlihat di pelupuk mata, lekas hati Azzam langsung berbunga-bunga. Baginya, bertemu Jasmine adalah pelepas penat terbaik setelah melewati hari-hari yang sulit.

Assalamu'alaikum, Jasmine?”

Wa'alaikumussalam. Sebentar, Kak!” sahut Jasmine dari arah dapur.

Perempuan itu sibuk menata makanan ke atas meja makan sampai bulir keringat memenuhi pelipisnya, padahal Jasmine baru saja mandi satu jam yang lalu. Polesan bedaknya pun terlihat luntur, akan tetapi lunturnya bedak itu tak mampu membawa cantiknya wajah Jasmine. Bergegaslah ia menghapus peluh dengan tisu dan berjalan pontang-panting menghampiri Azzam.

“Pucet banget, belum makan, ya?” tanya Azzam seraya mengusap pelan pucuk kepala Jasmine.

Selang beberapa detik, Azzam memberikan sebuah kantong berisi kue yang tadi ia beli pada Jasmine. Awalnya Jasmine sempat keheranan, tapi begitu ia buka isi kantong itu hatinya mendadak terenyuh, apalagi melihat ukiran kata-kata yang menghiasi atasnya.

'Untuk Humaira-nya Azzam yang paling hebat, gimana hari-harinya?'

Spontan Jasmine terkekeh sambil menitikkan air mata. Dipeluknya tubuh bongsor Azzam dengan erat, sementara Azzam langsung melingkarkan tangannya di bahu Jasmine seakan sedang saling mentransfer energi.

“Makasih, ya,” ucap Jasmine sembari merenggangkan pelukannya. “Ya udah, makan dulu, yuk?”

Azzam merangkul bahu Jasmine lagi, berjalan bersamaan menuju meja makan, sorot matanya fokus pada sup jamur yang terpampang di tengah sana. Semangkuk sup panas itu seperti memanggil-manggil perutnya yang kosong. Azzam langsung menduduki salah satu kursi dengan senyum manisnya yang mengembang.

“Maaf, ya, Kak, sup-nya masih panas banget, baru mateng soalnya.”

“Loh, gak apa-apa, justru enak masih panas,” timpal Azzam agar Jasmine tak merasa bersalah.

Lalu Azzam segera menyantap makan malam yang sudah Jasmine hidangkan dengan perasaan yang kembali berbunga-bunga. Rasanya begitu sempurna, makan dengan makanan yang paling disuka dan ditemani dengan seseorang yang paling dicinta. Wajah Azzam boleh terlihat biasa-biasa saja, tapi perasaannya seperti bisa meledak kapan saja.

Begitu makanan sudah ia habisi, Azzam bangun dari kursi yang ia duduki dan berpindah ke sebelah kursi Jasmine karena sebelumnya mereka duduk berhadapan.

“Apa?” Jasmine mengernyitkan dahi.

“Hari ini gimana?”

“Gak gimana-gimana, cuma capek aja.”

“Capeknya berapa persen?”

“Hmm..., 70 persen,” kata Jasmine.

“Berarti butuh peluk 70 persen juga supaya energinya pulih 100 persen.”

“Jadi?”

“Jadi, sini peluk.” Azzam langsung merentangkan tangan dan siap menerima jatuhnya Jasmine ke dalam pelukannya.

Dengan senang hati Jasmine memeluk Azzam lagi. Dua insan yang sama-sama lelah itu seakan menjadi charger bagi satu sama lain. Azzam menyandarkan kepalanya sambil mengendus aroma mint dari rambut Jasmine.

“Ngomong-ngomong, sup jamurnya enak,” Azzam berucap di sela-sela keheningan.

“Besok mau makan malam pake ini lagi?”

Tanpa melepas pelukannya, Azzam sedikit memundurkan wajah agar bisa berhadapan dengan Jasmine. Dan tanpa aba-aba apapun, lelaki itu dengan cepat mengecup pipi perempuannya disusul dengan suara kekehan.

“Mau.”

“Mau pake sup jamur atau olahan jam—”

“Mau kamu.”


© Jupiter Lee