Me & Papa

Udah setel lagu rekomendasinya belum? Ayo setel biar ada feelnya!

Anna 7 tahun...

Malam itu aku sedang melukis, entah apa yang ku lukis pada saat itu, yang jelas lukisanku sangat buruk. Kemudian Papa datang dengan senyumnya sembari bertepuk tangan.

“Wah, Anna lagi gambar apa?” Papa mendekatkan wajahnya dengan lukisanku, “bagus banget!” puji Papa lalu mencium pucuk kepala ku.

“Tapi kata temen aku ini jelek,”

“Mana sini siapa yang bilang? Biar Papa marahin.” Aku tertawa sewaktu melihat Papa ku bergaya tolak pinggang.

Lalu tiba-tiba Papa merapikan alat-alat melukis milikku, ia menyuruhku untuk tertidur karena sudah pukul 9 malam.

Aku merengek, meminta Papa agar menemaniku hingga aku pulas. Papa tidak pernah menolak apapun yang aku minta, ia mengangguk lalu membawaku ke atas punggungnya dengan gaya pesawat terbang.

Setelah itu Papa menaruhku di kasur dan merapikan selimut untukku. Ia pun ikut tertidur di sebelahku. Saat itu aku tidak bisa tertidur, Papa membuka matanya dan mengelus kepalaku sampai aku pulas, padahal aku tahu saat itu Papa sudah mengantuk tetapi jemari Papa tak berhenti bergerak untuk mengelus surai pendekku.

Hingga akhirnya aku berpura-pura tertidur, dan ku lihat Papa ku langsung tertidur juga. Aku mendudukkan tubuhku pelan-pelan agar Papa tidak terbangun. Ku pegang dahi Papa yang saat itu terasa panas.

Aku hendak membangunkannya, tapi Papa tidur terlalu pulas, dapat aku rasakan di wajahnya tersirat rasa lelah. Aku menunduk untuk mencium kening Papa ku.

“Anna sayang Papa.”

Lalu esok harinya saat aku terbangun, aku tidak melihat Papa di sebelahku. Setelah kucari, ternyata Papa sedang membuat sarapan. Dapur begitu berantakan, karena Papa tidak pandai memasak dan pagi itu Papa terlihat terburu-buru.

Aku menghampiri Papa dan memeluk kedua kakinya, Papa menoleh lalu menyunggingkan senyumnya.

“Sana mandi, abis itu sekolah,”

“Nggak mau sekolah, mau main aja sama Papa.”

“Sekolah dulu, ya, nanti pulang sekolah kita main.”

Padahal itu hanya alibi ku agar aku bisa menemani Papa. Mengingat semalam Papa demam. Tetapi pagi ini Papa bertindak seolah baik-baik saja.

Seperti memang sudah menjadi kebiasaan Papa menyembunyikan kelemahannya di depanku, bahkan hingga aku beranjak dewasa.

Saat aku memasuki sekolah menengah pertama Papa masih sama seperti aku saat di sekolah dasar dahulu.

Lalu saat SMA Papa sudah tidak lagi tidur bersamaku, hanya menemani sampai aku pulas lalu Papa tertidur di kamarnya.

Dan saat SMA aku mulai terbiasa menyembunyikan masalah yang ku hadapi, aku hanya tak ingin menambah beban pikiran Papa karena aku tahu Papa tidak sekuat yang terlihat.

Papa selalu menangis disaat aku tertidur, aku selalu mendengar ia mengatakan bahwa dirinya lelah. Aku mulai merasakan sakitnya Papa harus mengurusku sendirian. Aku dapat merasakan betapa Papa ingin terlihat sempurna dan terlihat baik-baik saja di depanku.

Sekarang, aku akan menikah, dan aku tidak lagi tinggal bersama Papa nantinya. Aku tidak tega karena aku selalu melihat Papa diam-diam menyeka air matanya.

Dahulu kulihat Papa ku tak bisa memasak, kini justru Papa yang mengajariku memasak.

Aku benar-benar tumbuh dengan baik di dalam pelukan Papa ku.

“Papa bakal terus ada di samping Anna sampe hari tua nanti.”

Begitu ucapnya yang membuat hati ku luluh lantak. Papa terlalu sempurna untuk di deskripsikan.


© Jupiter Lee