Ketemu

PAGI itu Pahlevi sudah berseragam pramuka lengkap dengan setangan leher dan topi yang dipenuhi pin penghargaan. Lelaki itu melongok sekilas dirinya dihadapan kaca. Terbesit kalimat singkat di dalam hatinya “ganteng”.

    “Duh aduh,” goda sang Mama yang tak sengaja melihat putra sulungnya bergaya di depan kaca itu.

    “Eh, Mama. Aku berangkat dulu ya, Ma. Hari pertama aku ngajar nih.”

    “Iya, Nak. Semoga ini jalan sukses buat kamu. Mama cuma bisa doain aja.”

    “Justru doa Mama yang Levi butuhin, Ma.” Jawab lelaki itu dengan melemparkan senyum manisnya.


Kelima pembina pramuka baru itu benar-benar menjadi sorotan mata seluruh warga sekolah. Bagaimana tidak, mereka semua memiliki wajah tampan yang nggak ada obat, terlebih lagi yang menjadi pusat perhatian adalah Galintang dan Pahlevi.

Galintang yang terlihat seperti bule dengan rambut blonde-nya. Kemudian Pahlevi yang nampak jelas aura kharismatik-nya. Semua siswi disana menjerit sewaktu Pahlevi memberikan senyum sembari sedikit membungkukkan badannya.

Brughhh!

“Maaf, maaf banget gue— Eh?!” Perempuan itu menutup mulutnya. Terkejut.

“Oh, ya, gapapa, hati-hati.” Jawab Pahlevi selaku orang yang tak sengaja tertabrak dengan Shereen.

“Kak Levi, ya?”

“Iya. Kamu siapa?”

“Gue Shereen. Anak malang yang dipaksa ikut pasus.” Jawab gadis itu dengan sedikit menyinggung.

Tiba-tiba saja Zaki menginjak kaki Shereen hingga ia terlonjak. Lelaki berkulit putih itu memberikan kode wajah agar Shereen berbicara dengan lebih sopan.

“Ya gausah nginjek dong anj—ay,” Shereen tersenyum canggung, “hehe, maafin saya, Kak.” Ucapnya sembari menunduk kemudian berjalan menjauh.

Pahlevi melihat sebuah uang dengan nominal dua puluh ribu tergeletak di dekat sepatunya. Ia yakin itu adalah uang milik gadis tadi yang tak sengaja terjatuh. Niatnya yang hendak memanggil menjadi urung kembali karena Shereen sudah lenyap dari pandangannya.

Teledor.” Gumam Pahlevi pelan.


Written with love, Jupiter.