Hari Kematian

WARNING! MEMBACA INI MUNGKIN SAJA MENYEBABKAN TRAUMA. BAGI PEMBACA DI BAWAH UMUR DAN PEMBACA YANG SENSITIF DIANJURKAN TIDAK MEMBACA.

ANONYMOUS itu mengeluarkan sebuah pisau dari jaketnya, membuat kedua bola mata Zherea membulat sempurna. Gadis itu ingin berlari, namun kakinya benar-benar lemas, seperti tidak dapat bergerak, lidahnya pun menjadi kelu tak dapat bersuara. Ia hanya dapat menggeleng, memohon agar Anon itu tidak menyakitinya. Tapi sayang, sepertinya sudah terlambat. Dengan kekuatan yang ada, Zherea berlari menjauh. Yang membuat gadis itu bingung adalah ketika si Anon tidak mengejarnya, justru malah berjalan santai sembari menyeret-nyeret balok besar yang entah darimana ia dapatkan. Hingga akhirnya, Zherea sudah tak lagi melihat wujud psikopat tampan itu mengikutinya. Ia menghela nafas, melihat sekelilingnya, Ya Tuhan, dirinya sudah berada jauh dari komplek. Tak terasa ia berlari sudah sampai sejauh ini. Tapi ia tak peduli, daripada harus menjadi mangsa sang predator.

Zherea lelah, ia duduk menyandarkan punggungnya di trotoar jalan yang benar-benar sepi, seperti tidak ada kehidupan. Ia melongok gorong-gorong air di bawahnya, ada perasaan tidak enak, ia mendengar suara laki-laki berdeham dari dalam gorong-gorong itu. Zherea berusaha membuang perasaan aneh itu, namun semakin ingin disingkirkan, suasana terasa semakin mencekam. Ia benar-benar merasa seperti diintai. Dengan begitu ia bangkit dari duduknya dan berusaha pergi. Namun... Kakinya ditarik dengan seseorang hingga masuk ke dalam gorong-gorong air yang gelap itu. Ia memejamkan mata, tak berani melihat wujud menyeramkan yang ada di hadapan nya.

Benar saja, saat Zherea membuka mata, sosok manusia berkostum badut menyeramkan berdiri tepat didepannya dengan senyum yang menyeringai. Merinding.

Zherea ingin sekali berteriak, namun pita suaranya seolah menahan suara itu agar tidak keluar. Ia gelagapan sewaktu si Anonymous mengunci leher Zherea dengan tangan besarnya. Lalu ia menancapkan sebuah pisau pada lengan kiri atas Zherea, lalu merobek daging lengannya hingga ke bawah dengan sangat kasar. Sontak saja lengan kiri itu bagaikan sebuah sosis yang dibelah, tulang-tulangnya terlihat jelas. Angin malam yang menghembus melewati daging segar itu menjadi sangat menyakitkan. Perih. Perih sekali. Zherea ingin menangis meneriaki nama sang Mama.

Gadis itu hampir kehilangan tenaga, ia terduduk di tanah gorong-gorong yang terdapat genangan air bercampur darahnya. Tak lama Anonymous berjongkok dihadapan Zherea, dan membuka topeng badut menyeramkannya, berganti menjadi wajah lelaki yang tampan sempurna.

Pria itu mengangkat dagu Zherea, “hei... Ini baru permulaan.”

“S-s-sakit... Beneran... Sakit....”

“Baru lengan mu yang ku robek, masih ada perutmu, jantungmu, kepalamu. Aku merasakan betapa nikmatnya membelah kepala ini dengan kapak, kemudian mencungkil otakmu dan memakannya. Terdengar lezat bukan?”

“Aku mohon... Lepasin... Lepasin aku!” Zherea meringis menggigit kuat bibir bawahnya.

“Oh, kamu ingin merobek bibirmu? Tidak perlu susah payah begitu, aku akan membantunya. Dengan senang hati.”

Lalu Anonymous itu mengeluarkan silet dari saku nya dan merobek bibir ranum Zherea serta menghisap darah yang keluar dari daging bibirnya yang terbuka. Posisinya seperti orang yang sedang kissing.

“Darah nya menjadi manis, seperti meminum jus stroberi. Aku tidak akan merobek bibir atasmu sekarang, nanti saja, jika aku haus lagi.”

“Aku... Nyesel... Huhuhu... Bebasin aku...”

“Terlambat. Padahal sudah kuberi peringatan bukan? Kamu ini keras kepala sekali.”

Kemudian, Zherea menendang kemaluan Anonymous dengan keras, hingga laki-laki itu terjerembab kebelakang. Mendapat kesempatan ini Zhere langsung melompat melarikan diri, tak peduli dengan lengannya yang hampir terbelah dua. Ia berlari ke sembarang arah, memasuki kawasan kebun yang sangat gelap.

Setiap lima detik Zherea melongok kebelakang, namun tidak ada Anonymous yang sedang mengejarnya. Ia belajar dari pengalaman, bisa saja pembunuh itu memasang jebakan baru. Dan Zherea pun memilih untuk berlari terus, berlari sejauh-jauhnya. Sampai... Jalanan kebun itu buntu. Keringat dingin mengucur dari dahi Zherea, karena jalanan ini sudah mencapai batasnya, jika ia melanjutkan pelarian, maka ia akan masuk kedalam hutan. Zherea takut dirinya tidak mati di tangan pembunuh, malah mati di terkam hewan buas.

Gadis itu berpikir keras, ia memejamkan mata kuat-kuat, berharap ada jalan keluar dari permasalahan ini. Akan tetapi di sela-sela itu, Zherea merasa hidungnya menyentuh sesuatu, padahal ia rasa, ia berdiri di tengah-tengah, tidak di dekat ranting pohon atau semacamnya. Deru nafas pun menjadi tidak beraturan, jantungnya berdegup kencang bukan main. Dan saat ia membuka kelopak mata itu perlahan... ANONYMOUS ITU BENAR-BENAR DI DEPAN WAJAHNYA! Namun menggunakan kostum yang berbeda.

“Hello, Dear? Nice to meet you...”

“PSIKOPAT BAJINGAN!!!!!!” Zherea berteriak sembari mendorong tubuh pembunuh itu, lalu berlari mencari tempat persembunyian.

Kali ini Anonymous benar-benar mengejarnya, sembari mengangkat sebuah kapak besar. Zherea berlari sekencang mungkin, tapi ia terjatuh, tangannya yang terbelah itu mengenai tanah. SAKIT SEKALI!

Saat ia berusaha berdiri, Anonymous memergokinya dan cepat-cepat menghampiri Zherea. Gadis itu ingin pasrah, tetapi ia melihat ada balok kayu yang terkapar tak jauh dari tubuhnya. Ia berharap kayu itu bisa menjadi senjata perlindungannya. Dan saat Anonymous mendekatinya, Zherea langsung menghantamkan balok kayu itu tepat di kepala. Lalu ia kabur lagi, mumpung pembunuh itu sedang sibuk memegangi kepalanya.

Zherea sudah tidak sanggup berlari, hingga pilihan terburuknya adalah... Memilik masuk kedalam bangunan kosong yang terletak di tengah-tengah hutan. Entahlah badut menyeramkan itu melihat jejaknya masuk kedalam bangunan itu atau tidak. Zherea mengumpat di bawah meja. Tak lama terdengar suara langkah kaki, dengan suara pisau yang sedang di asah dan di susul dengan suara nyanyian menakutkan.

“Zherea, Zherea... Aku datang... Aku datang dan tak akan pulang... Sampai aku membuat sup usus segar dari tubuhmu.... Zherea, Zherea keluaralah... Karena aku sudah melihatmu.”

Zherea sudah tidak bisa berlari lagi. Zherea pasrah, inilah, akhir hidupnya... yang tragis.

Zherea diikat kuat di sebuah kursi. Anonymous itu memasukkan kecoa kedalam mulut Zherea, dan menyuruh Zherea mengunyah kecoa itu hidup-hidup, kaki serangga menjijikkan itu bergerak-gerak di dalam mulutnya. Ia tidak bisa memuntahkan kecoa itu karena mulutnya di tutup dengan tangan si Anonymous. Hingga ia terpaksa, menelan serangga nya.Daging lengannya yang terbuka itu di siram dengan air soda. Bayangkan saja rasanya sesakit apa. Penyiksaan masih berlanjut, jari-jari kaki Zherea di potong habis menggunakan kapak, lalu potongan jari nya di masukkan ke dalam botol. Kedua daun telinganya di gunting, dan di masukkan ke dalam botol juga.

“Kalau mau bunuh, tolong langsung saja bunuh aku... Jangan di siksa seperti ini... Kamu gak punya hati!”

“Aku memang tidak memiliki hati, karena itu aku ingin mengambil hati mu.”

“BRENGSEK! BAJINGAN! KEPAR—”

JREBBBB!

Sebuah pisau menancap sempurna di perut Zherea. Lalu pisau itu di cabut kembali, dan di tancapkan ke bagian tubuh yang lainnya, hingga gadis itu benar-benar berada di akhir hidupnya. Meski sudah sekarat, Zherea masih dapat melihat samar-samar psikopat itu mengambil cangkul dan bersiap untuk di layangkan ke kepala Zherea. Sebelum hal itu terjadi, dan sebelum benda mengerikan itu menyangkut membelah tempurung kepalanya. Zherea berbicara di dalam hatinya.

“Mama, Papa, maafin Rea, maafin Rea udah gak bisa jagain Mama Papa lagi, maafin Rea yang selalu nyusahin Mama sama Papa buat ngelindungin Rea. maafin Rea harus mati tragis, maafin Rea, Ma... Pa... Rea—”

JREBBBBBBB!

Cangkul itu melesat tepat di tengah-tengah kepalanya, hingga terbelah dua, hingga kedua bola Zherea meloncat keluar.

Gadis itu tewas, tewas dengan sangat tragis.

Tenyata Anonymous itu masih belum puas. Ia akhirnya memiliki ide untuk menguliti jasad Zherea, bahkan mengambil organ tubuhnya, dan yang paling kejam, jasad yang masih hangat itu di bakar hingga hangus mengering. Ia menuliskan sesuatu di tembok, isi tulisannya adalah;

I very like it! And the next target is (22.E.Love.12.25)

— END —


versi notion lebih bagus karena ada gambarnya