Hari Bertemu

ZHEREA bergegas keluar rumah saat mendengar suara klakson dari depan pintu pagarnya. Namun saat ia melongok, tak ada satupun kendaraan yang terparkir di depan sana. Ia menjadi sedikit cemas takut akan di bohongi dengan si Anonymous.

Lalu tak lama sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya

Anonymous |Aku tidak diizinkan masuk dengan satpam, tolong kamu ke depan komplek saja. 19:12 p.m

Lantas ia menuju depan komplek dengan langkah terburu-terburu. Disana ia melihat laki-laki menggunakan setelan serba hitam sedang berbincang dengan satpam penjaga komplek. Melihat itu, kecemasan Zherea terhadap Anonymous menjadi berkurang.

“Zherea!” Teriak si Anon sembari melambaikan tangan.

Zherea mendekat, dan langsung merasa terkejut, terkagum dan terpesona dengan paras tampan si Anonymous. Tanpa butuh waktu lama, Zherea jatuh cinta.

Apakah ia melupakan peringatan dari sang Anonymous? Apakah ia sengaja menantang nyawa nya?

“Sudah kubilang, aku ini orang baik,”

“I-i-ya, maaf udah nuduh kamu yang macem-macem.”

“Kalo gitu ayo pergi, nanti semakin larut.”

Anonymous menjulurkan tangannya untuk di genggam, dan Zherea pun menjulurkan tangannya sehingga mereka menjadi bergandengan. Lelaki itu pamit pergi dengan satpam komplek yang ia ajak bicara tadi. Namun Zherea melihat wajah si satpam terlihat sangat ketakutan, padahal Zherea tidak melihat apapun yang mencurigakan dari yang si Anonymous itu lakukan pada satpam.


Hening.

Mereka berdua sama-sama terdiam di kesunyian.

Sampai akhirnya Anonymous membuka pembicaraan dengan pertanyaan yang mendadak.

“Rea, kamu menyukaiku?”

“Kenapa tiba-tiba nanya gitu?” Zherea terlihat gugup.

“Jawab saja.”

“Kalo aku suka kamu, kenapa?”

“Kok di tanya?”

Lalu Anonymous memperlambat langkah kakinya, dan menatap Zherea dengan tatapan yang seolah ingin menerkam. Sebelah tangannya merogoh sesuatu di dalam saku jaketnya.

Sebuah pisau.