Flowers

image


Pagi ini tak terdengar rewelnya Jasmine, perempuan itu sejak kemarin sore sedang kelelahan akibat ulah si kembar yang akhir-akhir ini sangat menguras tenaganya. Tetapi, Azzam juga yang menjadi sasaran pelampiasan rasa lelah itu.

Jasmine hanya memasak nasi goreng untuk sarapan pagi ini. Ia sungguh tak berselera untuk membuat sarapan macam-macam. Untung saja Azzam tidak pernah meributkan persoalan menu di meja makan, apa pun yang Jasmine hidangkan, pasti akan Azzam makan dengan penuh rasa riang.

Rasanya untuk sarapan kali ini, Azzam sedikit tak nyaman menguyah, sebabnya adalah nasi goreng buatan Jasmine terasa begitu asin sampai lidahnya hampir kebas. Ingin protes tapi tak tega melihat wajah lelah Jasmine yang sedang melamun di depannya. Jasmine belum merasakan nasi goreng itu, hanya memperhatikan tanpa niat menyentuhnya.

“Kenapa, hm?”

Jasmine menggeleng pelan. “Gak apa-apa, Kak.”

Lantas Jasmine mendekatkan piring yang berisi nasi goreng asin itu ke arahnya dan mulai menyendok ke dalam mulut. Begitu ia kunyah, kedua bola matanya membulat sempurna, Jasmine memuntahkan isi mulutnya ke dalam tisu dengan alis yang menukik tajam.

“Ini asin banget, kakak habisin nasi gorengnya?!” Jasmine panik sendiri, padahal Azzam sudah memasang wajah setenang mungkin.

Jasmine bersama perasaan tidak enaknya langsung menarik piring Azzam dan meminta maaf padanya berkali-kali, Jasmine juga berjanji akan membuatkan sarapan yang baru. Namun Azzam menahan gerak Jasmine dan meminta perempuan itu untuk tetap duduk manis.

“Nggak perlu, ini enak,” ucapnya terlihat dengan penuh kesungguhan.

“Aku buatin yang baru mau?” khawatir terlihat jelas pada raut wajah Jasmine.

Kalau saja ia bisa melawan tenaga Azzam yang mencengkram bahunya, pasti Jasmine sekarang sudah kembali berada di dapur. Sayangnya Azzam tak membiarkan Jasmine untuk beranjak kemana pun. Lelaki itu justru berdiri untuk menghampiri Jasmine dan mengecup singkat keningnya.

“Saya berangkat, ya. Habis ini jangan lupa istirahat, kalo capek gak apa-apa jangan dipaksa, oke?”

“Maaf, ya, Ka—“ ucapan Jasmine terpotong kala Azzam menaruh jari telunjuk ke depan mulutnya.

“Sssttt, kalo saya bilang nggak perlu, berarti nggak perlu, sayang…,”

Pada akhirnya Jasmine menuruti ucapan Azzam dengan rasa bersalah yang merekah di dalam dadanya. Sejujurnya Azzam tak masalah sama sekali, ia mengerti Jasmine tak sengaja melakukannya. Belakangan ini Azzam perhatikan Jasmine selalu tidak fokus, banyak melamun, dan mudah mengantuk. Azzam juga tak memiliki banyak waktu untuk berbicara berdua lantaran hari-harinya yang juga sibuk.

“Ada masalah apa?” pertanyaan Azzam jelas memancing air mata Jasmine untuk keluar.

Jasmine hanya mampu menggelengkan kepala lagi, kedua bibirnya yang bergetar berusaha menahan isak tangis yang tertahan di kerongkongan. Azzam tersenyum bersamaan dengan embusan nafas yang mengalir ke udara, menyuarakan batinnya yang khawatir pada Jasmine. Seolah otomatis, tangan Azzam terulur untuk merangkul bahu Jasmine, kepalanya sedikit merunduk untuk melihat wajah cantik perempuannya.

“Mau nangis dulu atau mau cerita dulu? Atau mau langsung peluk aja?”

Mendadak suasana hati Jasmine berubah menjadi penuh bunga-bunga.


© Jupiter Lee